Senin 30 Nov 2015 07:00 WIB

Rumah Si Pitung dari Rawabelong ke Marunda

Rumah Si Pitung yang berlokasi di Marunda, Jakarta, disebu-sebut sebagai tempat persembunyiaan Si Pitung saat dikejar-kejar Belanda.
Foto: www.republika.co.id
Rumah Si Pitung yang berlokasi di Marunda, Jakarta, disebu-sebut sebagai tempat persembunyiaan Si Pitung saat dikejar-kejar Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Alwi Shahab

Rumah Si Pitung ini terletak di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Penyebutan rumah si Pitung ini mengacu kepada riwayat masa lalunya, pernah menjadi korban perampokan si Pitung. Diperkirakan, rumah tersebut didirikan kira-kira pada abad ke-19. Perkiraan ini didasarkan pada kejadian perampokan rumah tersebut pada 1883. Dengan demikian, rumah yang artistik dengan lantai 1,5 meter dari permukaan tanah itu telah berusia 100 tahun lebih. Si Pitung lahir di Rawa Belong, Jakarta Barat. Keberaniannya menjadi buah bibir masyarakat maupun sesudah matinya.

Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Piun dan Pinah. Dalam belajar ilmu silat dari gurunya di Rawabelong, yang bernama Naipin, dia juga memperoleh ilmu kekebalan. Waktu si Pitung menjual kambing di Tanah Abang, uangnya dicopet. Terjadilah perkelahian dengan kawanan pencopet. Kawanan pencopet yang ditaklukkannya kemudian meminta ia menjadi pemimpin mereka.

Pitung merasakan kehidupan orang Betawi dan Belanda (Eropa) sangat kontras. Para penjajah yang disebut ‘tuan besar’, termasuk tuan-tuan tanah yang hidup mewah, sementara warga Betawi hidup menderita. Itulah yang membuat ia suka melakukan perampokan terhadap orang-orang kaya dan tuan tanah yang membelenggu petani dengan berbagai blasting (pajak). Hasil rampokannya itu dibagi-bagikan kepada masyarakat miskin.

Menurut buku Sejarah Kampung Marunda yang diterbitkan Dinas Pariwisata dan Permuseuman DKI Jakarta, beberapa kali si Pitung ditangkap dan dipenjarakan, tetapi selalu dapat meloloskan diri. Karena itu, ia dijadikan legenda, bisa menghilang dan tidak mempan oleh peluru. Karena aksi-aksinya yang membuat panik penjajah dan keamanan di Batavia terganggu, Belanda pun menugaskan scehout (kini, kira-kira kapolsek) memimpin operasi penumpasan. Karena dikhianati salah satu kawannya, dia ditembak oleh Scehout Heyne dan pasukannya dengan peluru emas yang khusus disediakan untuk melawan kesaktiannya.

Sampai kini, tidak diketahui letak makam ‘Robin Hood dari Betawi’ ini. Ada yang menyebutkan, penembakan terjadi di Jembatan Haji Ung, Kemayoran. Mayatnya dikuburkan dengan kepala dan badan terpisah. Kepalanya dikubur di dekat pabrik arak dan badannya dikubur di daerah Bogor. Sampai akhir hayatnya, Pitung tidak sempat berkeluarga. Versi lain menyatakan, mayatnya dikubur di daerah Pejagalan, Jakarta Barat, dan dijaga militer selama enam bulan.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement