Kamis 03 Mar 2016 07:00 WIB

Misteri Sukarno Memilih 17 Agustus 1945 Jadi Hari Kemerdekaan

Mantan presiden Soekarno
Foto: Life
Mantan presiden Soekarno

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Dua hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI (15 Agustus 1945), suasana Jakarta sangat tegang dan penuh kesibukan. Rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi), didatangi para pemuda yang sudah mengetahui Jepang sudah menyerah kepada Sekutu.

Sampai ia diculik ke Rengasdenglok, Bung Karno menolak desakan para pemuda agar saat itu juga kemerdekaan diproklamasikan. Dia lebih memilih tanggal 17 Agustus.

"Mengapa diambil tanggal 17 Agustus? Mengapa tidak sekarang atau tanggal 16 Agustus?" tanya Sukarni, salah seorang pemimpin radikal itu.

Dijawab, "Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan secara pertimbangan akal mengapa tanggal lebih memberi harapan. Angka 17 adalah suci. Orang Islam sembahyang 17 rakaat sehari, Jumat hari suci."

Dalam perjalanan pulang dari Rengasdenglok pada 16 Agustus sore, ketika melalui Klender, di kejauhan terlihat asap mengepul. Sukarni yang gelisah mempermainkan pistolnya.

"Lihatlah revolusi sedang berkobar persis seperti yang kita harapkan. Jakarta sudah terbakar."

Sukarni meminta agar kendaraan kembali lagi ke Rengasdenglok. Setelah diperiksa, ternyata hanya seorang petani kecil sedang membakar jerami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement